Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!
Seringkali kita dengar orang-orang yang membangun karir bertahun-tahun akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri malah dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!
Penyebab kegagalan seseorang
diantaranya :
- Karena dia tidak pernah punya
waktu yang memadai untuk mengoreksi dirinya. Sebagian orang terlalu sibuk
dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia kehilangan fondasi
yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh menjadikan keluarga
sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.
- Sebagian orang hanya mengurus
keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa tenaga, sisa perhatian,
sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang banyak tetapi
miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan keluarganya.
Oleh karena itulah, jikalau kita
ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius membangun keluarga sebagai
basis (base), Kita harus jadikan keluarga kita menjadi basis ketentraman jiwa.
Bapak pulang kantor begitu lelahnya harus rindu rumahnya menjadi oase
ketenangan. Anak pulang dari sekolah harus merindukan suasana aman di rumah.
Istri demikian juga. Jadikan rumah kita menjadi oase ketenangan, ketentraman,
kenyamanan sehingga bapak, ibu dan anak sama-sama senang dan betah tinggal
dirumah.
Agar rumah kita menjadi sumber
ketenangan, maka perlu diupayakan:
- Jadikan rumah kita sebagai
rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana di dalamnya penuh dengan
aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus menerus digunakan untuk
memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman, ibadah dan amal sholeh yang
baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi sumber ketenangan.
- Seisi rumah Bapak, Ibu dan anak
harus punya kesepakatan untuk mengelola perilakunya, sehingga bisa menahan
diri agar anggota keluarga lainnya merasa aman dan tidak terancam tinggal
di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan diantara anggota keluarga bagaimana
rumah itu tidak sampai menjadi sebuah neraka.
- Rumah kita harus menjadi
"Rumah Ilmu" Bapak, Ibu dan anak setelah keluar rumah, lalu
pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah berdiskusi
dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi ilmu,
saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari
rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat
masukan yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam
rumah diolah, keluar rumah jadi makin lengkap.
- Rumah harus menjadi "Rumah
pembersih diri" karena tidak ada orang yang paling aman mengoreksi
diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita. Kalau kita dikoreksi
di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau dikoreksi oleh
istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka akan menjadi
pakaian satu sama lain.Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin terus
menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah
yang saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan
dan kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga
keluar dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus
terluka dan tercoreng karena keluarga yang mengoreksinya.
- Rumah kita harus menjadi sentra
kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah, ilmu, pengalaman wawasan
untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita sehingga kualitas anak
atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak kandung, anak pungut
atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan meningkatkan
kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi yang
lebih baik. Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan
generasi-generasi yang lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin
yang lebih baik. Inilah sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak
hanya pada rumah tangganya tapi pada generasi sesudahnya serta bagi
lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar