Mahasuci ALLOH, Zat yang
mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk-Nya. Tidaklah kasih sayang
melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut, dan
tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk
dan menghinakan orang tersebut.
Betapa tidak? Jikalau kemampuan
kita menyayangi orang lain tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana,
karena kasih sayang ALLOH Azza wa Jalla ternyata hanya akan diberikan kepada
orang-orang yang masih hidup kasih sayang di kalbunya.
Seperti kejadian yang menimpa
Arie Hanggara yang kisahnya pernah diangkat di film layar lebaria menemui ajal
karena dianiaya oleh ayah kandungnya sendiri. Begitulah, kekejian demi
kekejian, kebiadaban demi kebiadaban menjadi perlambang kehinaan martabat
manusia. Hal ini terjadi, tiada lain karena telah tercerabutnya karunia kasih
sayang yang ALLOH semayamkan di dalam kalbunya.
Karenanya, tidak bisa tidak, kita
harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup. Tidak
berlebihan jikalau kita mengasahnya dengan merasakan keterharuan dari
kisah-kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk memperhaikan orang lain.
Kita dengar bagaimana ada orang yang rela bersusah-payah membacakan buku,
koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra, sehingga mereka bisa
belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas.
Rasulullah SAW dalam hal ini
bersabda, "ALLOH SWT mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan
menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin, manusia, binatang, dan
hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih
sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan
(ALLOH SWT) menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada
hari kiamat nanti." (H.R. Muslim).
Dari hadis ini nampaklah, bahwa
walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi
seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya. Karenanya, sudah sepantasnya
jikalau kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan ALLOH SWT,
tanyakanlah kembali pada diri ini, sampai sejauhmana kita menghidupkan kalbu
untuk saling berkasih sayang bersama makhluk lain?!
Kasih sayang dapat diibaratkan
sebuah mata air yang selalu bergejolak keinginannya untuk melepaskan
beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya tanpa pernah habis.
Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas mengikuti alur sungai
menuju lautan luas, mata air sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali.
Sama pula seperti pancaran sinar
cerah matahari di pagi hari, dari dulu sampai sekarang ia terus-menerus
memancarkan sinarnya tanpa henti, dan sama pula, matahari tidak mengharap
sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya
seperti itulah sumber kasih sayang di kalbu kita, ia benar-benar melimpah terus
tidak pernah ada habisnya.
Tidak ada salahnya agar muncul
kepekaan kita menyayangi orang lain, kita mengawalinya dengan menyayangi diri
kita dulu. Mulailah dengan menghadapkan tubuh ini ke cermin seraya
bertanya-tanya:
Apakah wajah indah ini akan bercahaya di akhirat nanti, atau justru sebaliknya, wajah ini akan gosong terbakar nyala api jahannam?
Apakah wajah indah ini akan bercahaya di akhirat nanti, atau justru sebaliknya, wajah ini akan gosong terbakar nyala api jahannam?
Tataplah hitamnya mata kita,
apakah mata ini, mata yang bisa menatap ALLOH, menatap Rasulullah SAW, menatap
para kekasih ALLOH di surga kelak, atau malah akan terburai karena kemaksiyatan
yang pernah dilakukannya?
Bibir kita, apakah ia akan bisa
tersenyum gembira di surga sana atau malah bibir yang lidahnya akan menjulur
tercabik-cabik?!
Perhatikan pula tubuh tegap kita,
apakah ia akan berpendar penuh cahaya di surga sana, sehingga layak
berdampingan dengan si pemiliki tubuh mulia, Rasulullah SAW, atau tubuh ini
malah akan membara, menjadi bahan bakar bersama hangusnya batu-batu di kerak
neraka jahannam?
Ketika memandang kaki,
tanyakanlah apakah ia senantiasa melangkah di jalan ALLOH sehingga berhak
menginjakkannya di surga kelak, atau malah akan dicabik-cabik pisau berduri.
Bersihnya kulit kita, renungkanlah
apakah ia akan menjadi indah bercahaya ataukah akan hitam legam karena gosong
dijilat lidah api jahannam?
Mudah-mudahan dengan bercermin sambil menafakuri diri, kita akan lebih mempunyai kekuatan untuk menjaga diri kita.
Mudah-mudahan dengan bercermin sambil menafakuri diri, kita akan lebih mempunyai kekuatan untuk menjaga diri kita.
Jangan pula meremehkan makhluk
ciptaan ALLOH, sebab tidaklah ALLOH menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia.
Semua yang ALLOH ciptakan syarat dengan ilmu, hikmah, dan ladang amal. Semua
yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apasaja karunia dari ALLOH
Azza wa Jalla adalah jalan bagi kita untuk bertafakur jikalau hati ini bisa
merabanya dengan penuh kasih sayang.
Dikisahkan di hari akhir datang
seorang hamba ahli ibadah kepada ALLOH dengan membawa aneka pahala ibadah,
tetapi ALLOH malah mencapnya sebagai ahli neraka, mengapa? Ternyata karena
suatu ketika si ahli ibadah ini pernah mengurung seekor kucing sehingga si
kucing tidak bisa mencari makan dan tidak pula diberi makan oleh si ahli ibadah
ini. Akhirnya mati kelaparanlah si kucing ini. Ternyata walau ia seorang ahli
ibadah, laknat ALLOH tetap menimpa si ahli ibadah ini, dan ALLOH menetapkannya
sebagai seorang ahli neraka, tiada lain karena tidak hidup kasih sayang di
kalbunya.
Tetapi ada kisah sebaliknya,
suatu waktu seorang wanita berlumur dosa sedang beristirahat di pinggir sebuah
oase yang berair dalam di sebuah lembah padang pasir. Tiba-tiba datanglah
seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya seakan sedang merasakan kehausan
yang luar biasa. Walau tidak mungkin terjangkau kerena dalamnya air di oase
itu, anjing itu tetap berusaha menjangkaunya, tapi tidak dapat. Melihat
kejadian ini, tergeraklah si wanita untuk menolongnya. Dibukalah slopnya untuk
dipakai menceduk air, setelah air didapat, diberikannya pada anjing yang
kehausan tersebut. Subhanallah, dengan ijin ALLOH, terampunilah dosa wanita
ini.
Demikianlah, jikalau hati kita
mampu meraba derita makhluk lain, insya ALLOH keinginan untuk berbuat baik akan
muncul dengan sendirinya.
Kisah lain, ketika suatu waktu
ada seseorang terkena penyakit tumor yang sudah menahun. Karena tidak punya
biaya untuk berobat, maka berkunjunglah ia kepada orang-orang yang dianggapnya
mampu memberi pinjaman biaya.
Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang dikalbunya, ketika datang orang yang akan meminjam uang ini, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah harta yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia ketakutan hartanya akan habis atau bahkan jatuh miskin.
Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang dikalbunya, ketika datang orang yang akan meminjam uang ini, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah harta yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia ketakutan hartanya akan habis atau bahkan jatuh miskin.
Tetapi bagi seorang hamba yang
tumbuh kasih sayang di kalbunya, ketika datang yang akan meminjam uang, justru
yang muncul rasa iba terhadap penderitaan orang lain. Bahkan jauh di lubuk
hatinya yang paling dalam akan membayangkan bagaimana jikalau yang menderita
itu dirinya. Terlebih lagi dia sangat menyadari ada hak orang lain yang
dititipkan ALLOH dalam hartanya. Karenanya dia begitu ringan memberikan sesuatu
kepada orang yang memang membutuhkan bantuannya.
Ingatlah, hidupnya hati hanya
dapat dibuktikan dengan apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain dengan
ikhlas. Apa artinya hidup kalau tidak punya manfaat? Padahal hidup di dunia
cuma sekali dan itupun hanya mampir sebentar saja. Tidak ada salahnya kita
berpikir terus dan bekerja keras untuk menghidupkan kasih sayang di hati ini.
Insya ALLOH bagi yang telah tumbuh kasih sayang di kalbunya, ALLOH Azza wa
Jalla, Zat yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya
mencari nafkah dan ringan pula dalam menafkahkannya di jalan ALLOH, ringan
dalam mencari ilmu dan ringan pula dalam mengajarkannya kepada orang lain,
ringan dalam melatih kemampuan diri dan ringan pula dalam membela orang lain
yang teraniaya, subhanallah.
Cara lain yang dianjurkan
Rasulullah SAW untuk menghidupkan hati nurani agar senantiasa diliputi nur
kasih sayang adalah dengan melakukan banyak silaturahmi kepada orang-orang yang
dilanda kesulitan, datang ke daerah terpencil, tengok saudara-saudara kita di
rumah sakit, atau pula dengan selalu mengingat umat Islam yang sedang
teraniaya, seperti di Bosnia, Checnya, Ambon, Halmahera, atau di tempat-tempat
lainnya.
Belajarlah terus untuk melihat
orang yang kondisinya jauh di bawah kita, insya ALLOH hati kita akan melembut
karena senantiasa tercahayai pancaran sinar kasih sayang. Dan hati-hatilah bagi
orang yang bergaulnya hanya dengan orang-orang kaya, orang-orang terkenal, para
artis, atau orang-orang elit lainnya, karena yang akan muncul justru rasa
minder dan perasaan kurang dan kurang akan dunia ini, masya ALLOH. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar