Siapapun di dunia ini hanya akan
menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang
sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga
suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya.
Ada yang sibuk menjaga hartanya
karena dia menganggap hartanyalah yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga
wajahnya agar awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling
bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena
kedudukan dan jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.
Tapi ada pula orang yang
mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup
tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari
ALLOH yang Mahaagung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu
kita jaga mati-matian. Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu
melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.
Karenanya, sudah sepantasnya
dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah
itu tidak hilang. Misal, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk
dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan
sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang
berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai sirna.
Begitupula ketika menuntut ilmu,
kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya
hidayah tidak sampai sirna. Bahkan seharusnya acara mencari nafkah, mencari
ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari
ALLOH SWT.
Ada sebuah doa yang ALLOH SWT
ajarkan kepada kita melalui firman-Nya, "Robbanaa, laa tuziquluu banaa
ba’da ijhhadaitana wahablana milladunkarahmatan innaka antal wahhaab…"
(Q.S. Ali Imran [3]: 8). (Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada
kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari
sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia).
Demikianlah ALLOH Azza wa
Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar
senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah
dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di
malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir
kita.
***
Suatu waktu ada seorang wanita
yang belum beberapa lama masuk Islam (muallaf). Dan ternyata keluarganya tidak
bisa menerima kenyataan ini, sehingga ibunya mengusirnya dari rumah. Kejadiannya
ketika menjelang jam lima sore telepon berdering, suara diujung sana bicara
dengan terbata-bata, "Aa, aa tolong a tolong…!" Belum selesai bicara
hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas
si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui
dimana menelponnya? Keadaannya bagaimana? Cuma yang diketahui pasti adalah
ALLOH Maha Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian, dan Mahakokoh dalam
melindungi siapapun. Tidak akan terjadi musibah, "illabiidznillah"
tanpa ijin ALLOH, dan tidak akan teraniaya kecuali dengan ijin ALLOH pula.
Usai hubungan telepon terputus,
saya berpikir apa yang bisa dilakukan!? Karena yang terbayang di benak saat itu
adalah justru si anak dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan.
Terbayang pula andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang
tuanya atau minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan
Kemahakuasaan ALLOH bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa sampai
kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa untuk melepas hidayah keyakinan di
jalan-Nya, tapi kalau ALLOH Azza wa Jalla, Dzat yang Mahakuasa telah
menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbunya, kita lihat bagaimana Bilal
bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia, dijemur diterik matahari,
dibawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi
bibirnya yang mulia tetap mengucapkan, "ALLOH, ALLOH, ALLOH".
Demikianlah jikalau ALLOH telah
menghunjamkan karunia hidayahnya, tidak ada seorangpun yang bisa melepaskannya.
Begitupun dengan si anak dalam kejadian ini, setelah teleponnya diputus oleh
ibunya, ternyata benar ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya.
Hanya kemudian dengan ijin ALLOH, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan
hati pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya ALLOH-lah yang melepaskan
dari setiap kesempitan.
Mudah-mudahan kejadian diatas
dapat menambah keyakinan akan kokohnya perlindungan ALLOH Azza wa Jalla.
Betapapun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah satu-satunya
penolong. Begitupun ketika ada yang menganiaya, maka si penganiaya pun adalah
makhluk dalam genggaman ALLOH. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan tangan,
atau bahkan tendangan kakinya, kecuali tenaganya karunia dari ALLOH. Tidak ada
satupun darah yang menetes, kecuali dengan ijin ALLOH.
Karenanya mudah-mudahan saja apa
yang menimpa si anak dalam peristiwa diatas adalah salah satu cara bagaimana
ALLOH menanamkan keyakinan kepadanya. Karenanya walaupun tidak ada yang
menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah yang Mahakuasa memberikan pertolongan.
Memang, terkadang kita ditingkatkan keyakinan, dinaikan peringkat kedudukan
disisi ALLOH, salah satunya dengan diuji dengan bala dan kesempitan terlebih
dulu.
***
ALLOH SWT dalam hal ini
berfirman, "Dan orang yang dipimpin ALLOH, maka tiadalah orang yang akan
menyesatkannya" (Q.S. Az Zumar [39]:37).
"Dan siapa yang disesatkan
oleh ALLOH, maka tidak ada yang dapat menujukinya" (Q.S. Ar Ra’du
[13]:33).
"Siapa yang diberi petunjuk
(hidayah) oleh ALLOH maka ialah yang mendapat petunjuk hidayah, dan siapa yang
disesatkan oleh ALLOH, maka tidak akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin
untuknya" (Q.S. .
"Sesungguhnya ALLOH
membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan dipimpin-Nya siapa yang
dikehendaki-Nya." (Q.S. Al Fathir [35]: 8).
Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang terkenal Al Hikam
memaparkan, "Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah
kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat ALLOH serta menerima
segala rahasia daripada-Nya.
Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang membantu
hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila
ALLOH akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Illahi dan
dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan"
Nur cahaya terang berupa tauhiid, iman dan keyakinan itu
sebagai tentara pembela pembantu hati, sebaliknya kegelapan, syirik, dan ragu
itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu, sedang perang yang terjadi antara
keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah.
Lebih lanjut beliau berujar,
"Nur itulah yang menerangi (membuka) dan bashirah (matahati)
itulah yang menentukan hukum, dan hati yang melaksanakan atau meninggalkan
nur itulah yang menerangi baik dan buruk, lalu dengan matahatinya
ditetapkan hukum, dan setelah itu maka matahatinya yang melaksanakan atau
menggagalkannya." Semoga ALLOH Azza wa Jalla mengaruniakan kepada
kita penuntun yang membawa cahaya hidayah sehingga menjadi terang jalan hidup
ini, subhanallah. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar